Xiaomi Hadapi Tantangan Besar Ini Saat Menjual Mobil Listrik

Xiaomi telah memperkenalkan mobil listrik, namun pada penjualaannya, Xiaomi menghadapi tantangan besar di pasar global.
4 Min Read
Xiaomi Hadapi Tantangan Besar Ini Saat Menjual Mobil Listrik
Xiaomi Hadapi Tantangan Besar Ini Saat Menjual Mobil Listrik

Xiaomi telah memperkenalkan mobil listrik, namun pada penjualaannya, Xiaomi menghadapi tantangan besar di pasar global. Mobil listrik SU7 memiliki desain yang mirip dengan mobil Porsche, namun harganya lebih terjangkau daripada mobil Tesla. Dalam waktu 24 jam setelah meluncur pada akhir Maret, mobil SU7 berhasil mendapatkan 90.000 pesanan.

Kemudian menyebabkan kenaikan harga saham Xiaomi sebesar 8,97% di Bursa Efek Hong Kong. Xiaomi telah menyiapkan diri untuk mengambil langkah maju yang besar dengan menginvestasikan USD 10 miliar. Hal ini sebagai respons terhadap kegagalan Apple dalam proyek kendaraan listrik.

Hal ini juga terjadi saat penjualan industri otomotif mengalami perlambatan global. Lei Jun, pendiri dan CEO Xiaomi, mengungkapkan bahwa proses pengembangan mobil memerlukan waktu tiga tahun yang penuh tantangan. Bahkan Apple, perusahaan besar dalam industri ini, mengalami kegagalan dalam menciptakan kendaraan.

Mobil-listrik-xiaomi-su7-4 169
Mobil Listrik Xiaomi

Pertumbuhan Penjualan Mobil Listrik

Menurut Tesla, akan terjadi penurunan pertumbuhan penjualan pada tahun 2024 daripada tahun 2023. Selain itu, pada periode Januari hingga Maret tahun ini, Tesla melaporkan adanya penurunan pengiriman sebesar 8,5%. Meskipun penjualan kendaraan listrik di Eropa mengalami peningkatan sebesar 17,4% pada bulan Februari. Namun tingkat pertumbuhannya lebih lambat daripada tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA:  Ketahui Faktor Penyebab Kebakaran pada Baterai Mobil Listrik

Penjualan mobil listrik di Jerman mengalami penurunan karena pemerintah telah mencabut insentif bagi konsumen. Sementara itu, di China, penjualan kendaraan listrik diprediksi akan meningkat sebesar 25% pada tahun ini. Angka ini menurun dari peningkatan sebesar 36% pada tahun sebelumnya dan 96% pada tahun 2022.

Pertumbuhan pasar mengalami perlambatan karena adanya penambahan pesaing baru. Perusahaan-perusahaan asal China seperti BYD dan SAIC Motor mulai memperluas bisnisnya di luar negeri. Karena prospek yang tidak menjanjikan, perusahaan-perusahaan besar Eropa seperti Renault dan Volkswagen membatalkan rencana mereka untuk meluncurkan divisi mobil listrik dan divisi perangkat lunak mereka ke publik.

Pelaksanaan Eksplorasi Produksi Kendaraan Listrik

Kedua perusahaan sedang melakukan eksplorasi untuk bekerja sama dalam memproduksi kendaraan listrik seharga 20.000 euro. Tujuannya adalah untuk dapat bersaing dengan merek-merek China yang sedang diawasi oleh Komisi Eropa karena dugaan subsidi pemerintah yang ilegal.

BACA JUGA:  Kisah Andreas Flocken dengan Mobil Listrik Pertama di Dunia

Subsidi tersebut, serta biaya energi dan tenaga kerja yang lebih rendah, memungkinkan perusahaan-perusahaan Asia untuk menawarkan kendaraan listrik dengan harga yang lebih terjangkau daripada perusahaan-perusahaan Eropa.

Menurut Clément Inbona, seorang pengelola dana di Perancis, dalam beberapa tahun terakhir, kekuatan ekonomi yang besar telah berupaya untuk menciptakan keuntungan ekonomi yang besar. Hal ini dengan cara memberikan subsidi langsung kepada perusahaan atau tidak langsung kepada konsumen dalam produksi baterai, dengan tujuan untuk mendorong adopsi teknologi ini.

Menghadapi situasi pasar yang tidak stabil ini, negara-negara seperti China, Amerika Serikat, dan Eropa saling menuduh satu sama lain melakukan dumping, yaitu menjual produk dengan harga yang sangat rendah untuk merusak pasar. Janet Yellen, Menteri Keuangan baru-baru ini, mengungkapkan kekhawatirannya tentang masalah kelebihan produksi China dan dampaknya yang dapat dirasakan secara global.

BACA JUGA:  Begini Kecanggihan Mobil Listrik Xiaomi SU7, Punya Kinerja Cepat

Baca juga:

Leave a Comment