Warren Buffett, yang dikenal sebagai “Oracle of Omaha,” adalah salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan bersih lebih dari US$148 miliar. Ia telah membangun kekayaannya melalui investasi cerdas dan menghindari jebakan finansial.
Buffett menekankan pentingnya memahami praktik keuangan yang baik dan buruk, serta mengidentifikasi sepuluh kebiasaan yang bikin susah kaya, serta memberikan nasihat untuk mengatasinya.
1. Tidak Menabung atau Belajar Investasi dari Awal
Waktu adalah faktor terkuat dalam investasi, namun banyak orang menunda menabung hingga nanti. Mari kita lihat dua contoh: satu dimulai pada usia 25 tahun dan yang lainnya pada usia 35 tahun, dengan investasi US$500 setiap bulan dan imbal hasil tahunan sebesar 8%. Perbedaan sepuluh tahun dapat memberikan dampak besar pada kekayaan saat mencapai usia 65 tahun.
Jika mulai berinvestasi pada usia 25 tahun, dengan menyimpan US$500 per bulan selama 40 tahun (dari usia 25 hingga 65), dan mendapatkan imbal hasil tahunan 8%, maka total yang diperoleh sekitar US$1.745.505.
Sebaliknya, jika investasi dimulai pada usia 35 tahun dengan jumlah yang sama selama 30 tahun (dari usia 35 hingga 65), imbal hasil 8% akan menghasilkan sekitar US$745.180. Dengan demikian, perbedaan antara kedua skenario tersebut mencapai sekitar US$1.000.325.
Warren Buffett membeli saham pertamanya saat berusia 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahun yang terbuang dapat mengakibatkan hilangnya potensi untuk membangun kekayaan melalui efek bunga majemuk.
2. Terlalu Sering FOMO
Euforia terhadap mata uang kripto menunjukkan bagaimana perilaku kolektif dapat mengakibatkan kerugian finansial. Ketika banyak orang bergegas untuk berinvestasi, harga sering kali melampaui nilai dasarnya.
Sebaliknya, strategi yang diterapkan oleh Buffett, yaitu membeli aset berkualitas saat pasar mengalami kepanikan dan menghindari investasi yang populer tetapi overvalued, terbukti memberikan hasil yang lebih baik secara konsisten. Kesuksesan memerlukan keberanian untuk berpikir secara mandiri dan bertindak berbeda dari opini pasar yang umum.
3. Memaksakan Gaya Hidup di Luar Kemampuan
“Jangan menabung dari sisa belanja, sebaliknya, belanjakan apa yang tersisa setelah menabung.” — Warren Buffett.
Intinya adalah membuat anggaran dengan cara terbalik, secara otomatis mengalokasikan sebagian dari pendapatan untuk tabungan dan investasi sebelum mempertimbangkan pengeluaran yang tidak penting. Pendekatan ini membantu menciptakan disiplin keuangan dan menghindari jebakan umum berupa peningkatan pengeluaran sejalan dengan kenaikan pendapatan.
4. Tidak Punya Strategi dalam Mengatur Waktu Pasar
“Saya tidak pernah mencoba menghasilkan uang di pasar saham. Saya membeli dengan asumsi mereka dapat menutup pasar pada hari berikutnya dan tidak membukanya kembali selama lima tahun.” – Warren Buffett.
Usaha untuk mengatur waktu pasar, di mana investor ritel berusaha membeli pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi berdasarkan perkiraan dan pendapat tanpa melakukan penelitian atau pendidikan investasi, sering kali berujung pada hasil yang kurang memuaskan.
Penelitian menunjukkan bahwa melewatkan sepuluh hari perdagangan terbaik dalam kurun waktu 20 tahun dapat mengurangi keuntungan hingga setengahnya.
Alih-alih berusaha memprediksi pergerakan pasar, Buffett lebih memilih untuk membeli perusahaan berkualitas dengan harga yang wajar. Pendekatan investasi nilai ini, dikombinasikan dengan investasi secara rutin melalui metode rata-rata biaya dolar, memberikan cara yang lebih dapat diandalkan untuk membangun kekayaan.
5. Tidak Memahami Investasi yang Dilakukan
“Jangan pernah berinvestasi pada bisnis yang tidak dapat kamu pahami.” – Warren Buffett.
Buffett dikenal menjauh dari saham teknologi selama periode lonjakan dot-com karena saham tersebut tidak berada dalam “lingkaran keahliannya.” Prinsip ini melindungi pemegang saham Berkshire Hathaway dari kerugian sebesar miliaran dolar ketika gelembung tersebut pecah.
Memahami investasi memerlukan pemahaman tentang model bisnis, keunggulan kompetitif, dan laporan keuangan. Tanpa pengetahuan ini, investor berisiko beralih menjadi spekulan daripada pemilik bisnis yang memiliki informasi yang memadai.
6. Tidak Menginvestasikan Keuntungan Kembali
Keberhasilan Berkshire Hathaway sebagian besar berasal dari disiplin Buffett dalam menginvestasikan kembali keuntungan alih-alih membagikan dividen. Dengan menginvestasikan kembali keuntungan, pendapatan tambahan dapat dihasilkan, menciptakan efek bola salju yang signifikan.
Ini berkontribusi pada pertumbuhan yang meningkat dengan cepat seiring berjalannya waktu. Prinsip yang sama dapat diterapkan oleh investor individu melalui rencana reinvestasi dividen, penyesuaian portofolio secara berkala, dan menghindari penggunaan keuntungan untuk pengeluaran.
7. Kurangnya Rasa Sabar
“Tidak peduli seberapa berbakat atau seberapa besar usaha, beberapa hal butuh waktu. Kamu tidak bisa menghasilkan bayi dalam satu bulan dengan menghamili sembilan wanita.” – Warren Buffett.
Di zaman di mana kepuasan instan menjadi dominan, kesabaran yang diperlukan untuk membangun kekayaan bisa terasa sulit untuk dijalani. Buffett telah mempertahankan beberapa investasinya selama puluhan tahun, yang memberi kesempatan bagi perusahaan-perusahaan seperti Coca-Cola dan American Express untuk berkembang seiring berjalannya waktu.
Rata-rata periode kepemilikan saham kini telah menurun dari delapan tahun di tahun 1960-an menjadi hanya beberapa bulan saat ini. Pendekatan jangka pendek ini sering kali mengakibatkan biaya transaksi yang lebih tinggi dan kehilangan kesempatan untuk pertumbuhan jangka panjang.
8. Berutang Secara Berlebihan
“Saya telah melihat banyak orang gagal karena minuman keras dan uang pinjaman.” – Warren Buffett.
Utang margin bisa meningkatkan profit dan kerugian, namun kerugian tersebut sering kali berujung pada masalah serius. Utang konsumen dengan bunga tinggi terutama merugikan akumulasi kekayaan karena menghabiskan sumber daya yang seharusnya bisa diinvestasikan.
Walaupun beberapa jenis utang (seperti hipotek yang wajar) dapat dianggap sebagai strategi yang baik, Buffett menyarankan agar tetap memiliki cadangan kas yang cukup dan menghindari penggunaan utang. Pendekatan yang hati-hati ini memberikan stabilitas dan fleksibilitas saat pasar mengalami penurunan.
9. Tidak Konsisten Belajar
“Bacalah 500 halaman seperti ini setiap hari. Begitulah cara kerja pengetahuan. Pengetahuan itu menumpuk, seperti bunga majemuk.” – Warren Buffett.
Walaupun telah mencapai kesuksesan, Buffett mengalokasikan 80% dari waktunya untuk membaca dan merenungkan. Dedikasi untuk terus belajar ini mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.
Pengetahuan, mirip dengan bunga majemuk, akan berkembang seiring berjalannya waktu. Membangun keahlian membutuhkan studi laporan keuangan, analisis tren pasar, dan pemahaman dasar tentang bisnis secara berkelanjutan.
10. Mengambil Keputusan Berdasarkan Emosi
“Keberhasilan dalam berinvestasi tidak berkorelasi dengan IQ. Kamu memerlukan temperamen untuk mengendalikan dorongan yang kerap membuat orang lain mendapat masalah.” – Warren Buffett.
Ketakutan dan keserakahan sering kali menjadi faktor pendorong dalam pengambilan keputusan keuangan yang kurang bijaksana. Fluktuasi pasar dapat memicu reaksi emosional yang mengarah pada pembelian pada harga tinggi dan penjualan pada harga rendah.
Keberhasilan Buffett terletak pada kemampuannya untuk menjaga disiplin emosional, dengan membuat keputusan yang didasarkan pada analisis fundamental, alih-alih terpengaruh oleh sentimen dan emosi pasar. Dengan merancang rencana dan sistem investasi serta mengikuti kriteria yang telah ditetapkan, kita dapat mengurangi pengaruh emosi dalam proses investasi.