Dalam Forum Bisnis Indonesia-Brazil yang berlangsung di Rio de Janeiro, Prabowo Subianto, Presiden Indonesia, menekankan niatnya untuk membangun reaktor nuklir di tanah air. Sejalan dengan rencana itu, Prabowo juga menyatakan niatnya untuk berkolaborasi dengan Brasil di bidang energi.
“Kami berencana untuk merancang dan memproduksi reaktor nuklir kami sendiri. Jadi kami juga dapat bekerja sama dengan industri Brasil,” kata Prabowo, dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden, Senin (18/11/2024).
Statement Presiden RI Perihal Alasan Perlunya Reaktor Nuklir Dikembangkan
Prabowo berpendapat bahwa Brasil memiliki keunggulan dalam pemanfaatan energi biofuel yang berasal dari tanaman, seperti bioetanol. Ia juga menambahkan bahwa saat ini Indonesia sedang melakukan transisi menuju penggunaan biofuel, yaitu dengan mencampurkan bahan bakar minyak (BBM) dengan minyak sawit.
“Saat ini kami ada di antara 35-40% (persentase campuran sawit) dan ingin meningkatkan menjadi 50% pada 2025,” ujarnya.
Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai energi baru terbarukan (EBT), termasuk energi hidro, geotermal, dan energi matahari. Dia yakin bahwa pengembangan sektor energi di masa depan akan berhasil.
“Kami memiliki banyak sumber energi air, energi panas bumi, serta energi dari matahari, yang membuat kami optimis. Ini memberikan semangat besar bagi kami untuk menghadapi masa depan. Kami juga memiliki mineral-mineral penting,” ujarnya.
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan rencana pemerintah untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Rencananya, Indonesia akan menambah kapasitas listrik sebesar 100 GW, dengan sekitar 75% di antaranya berasal dari sumber energi bersih.
“Dalam 15 tahun ke depan, kami memiliki program elektrifikasi yang signifikan, yang melebihi 100 GW. Dari total tersebut, sekitar 75% akan berasal dari energi terbarukan dan energi baru. Ini adalah komitmen luar biasa kami,” ungkap Hashim setelah menyampaikan pidato National Message di ajang COP 29, di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, pada Selasa (12/11/2024).
Dari total 75% target energi bersih, sekitar 5,3 GW di antaranya akan berasal dari tenaga nuklir. Hashim berpendapat bahwa meskipun ada keraguan tentang keberlanjutan penggunaannya, nuklir tetap merupakan energi bersih.
“Selain itu, ada 5,3 GW yang berasal dari tenaga nuklir, meskipun tidak dianggap berkelanjutan, tapi jelas merupakan energi bersih. Selain itu, akan ada juga kontribusi dari tenaga gas,” jelas Hashim.
Pengembangan energi nuklir di Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melindungi lingkungan. Namun, sangat penting untuk melakukan perencanaan dan persiapan yang menyeluruh untuk menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul. Pemerintah dan semua pihak terkait harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pengembangan energi nuklir di Indonesia dilakukan dengan aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.