Terdapat sebuah merek HP asal China yang menunjukkan kinerja penjualan yang berbeda dengan merek-merek lain yang sebagian besar kurang laku di Indonesia. Ini sendiri diambil dari laporan pengiriman pasar smartphone di Indonesia pada Quartal I 2023 yang diterbitkan oleh firma riset pasar International Data Corporation (IDC).
Terungkap bahwa pembelian smartphone asal China mengalami penurunan yang mempengaruhi merek-merek seperti Vivo, Xiaomi, dan realme. Laporan ini sendiri diambil dari IDC sebagai penerbit laporannya.

Menurut siaran pers IDC, penjualan smartphone di pasar Indonesia mengalami perlambatan di kuartal pertama tahun 2023 sebesar 11,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan 7,2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, dengan jumlah penjualan sebesar 7,9 juta unit.
Pada kuartal pertama tahun 2023, penjualan ponsel Vivo hanya mencapai 1,3 juta unit dengan pertumbuhan sebesar -14,6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, Xiaomi hanya berhasil menjual 1,1 juta unit dengan pertumbuhan YoY -17,2%.
Sedangkan untuk saudaranya OPPO, realme hanya berhasil menjual 800 ribu unit HP tahun lalu, dengan penurunan sebesar 23,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
OPPO Jadi HP Paling Laku di Indonesia (Versi HP China)
Meskipun begitu, IDC melaporkan bahwa OPPO, perusahaan ponsel dari China, masih berhasil meraih penjualan yang positif dengan 1,8 juta unit dan pertumbuhan YoY sebesar 1,6 persen. Untuk merek yang tidak terlalu ganas tahun ini bisa dibilang pencapaian ini sangatlah baik.
Dalam laporan yang sama, diberitakan bahwa Samsung, merek asal Korea Selatan, mengalami penurunan pertumbuhan dengan pengiriman sebanyak 2,1 juta unit (-9% YoY).
Baca juga: Bersaing dengan Samsung, Apple Akan Hadirkan Layar Lebih Besar di iPhone 16 Pro Max
Menurut Vanessa Aurelia, seorang Associate Market Analyst IDC Indonesia, kedatangan bulan Ramadan dan Lebaran di awal tahun tidak mempengaruhi penjualan. Menurutnya, pasar smartphone tahun ini menunjukkan penurunan performa yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu, meski bulan Ramadan tiba lebih awal.
Dijelaskan bahwa para konsumen lebih fokus membeli pakaian, makanan, dan perjalanan daripada perangkat elektronik. Diperkirakan permintaan pasar akan tetap rendah tanpa adanya faktor pendorong yang signifikan.