Samsung Electronics memproyeksikan bahwa laba operasional mereka pada kuartal kedua (Q2) akan meningkat lebih dari 15 kali lipat, berkat keuntungan yang diperoleh dari penjualan chipset semikonduktor.
Harga chip melonjak tinggi karena adanya kecenderungan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang kemudian meningkatkan pendapatan perusahaan dari level terendah pada tahun sebelumnya.
Laba Samsung Electronics Capai Rp121,3 Triliun
Perusahaan yang menghasilkan chip memori, smartphone, dan TV terbesar di dunia ini memperkirakan bahwa laba operasional mereka akan naik menjadi 10,4 triliun won (USD 7,54 miliar) atau sekitar Rp 121,3 triliun pada kuartal yang berakhir pada tanggal 30 Juni.
Keuntungan ini jauh melebihi jumlah yang Samsung peroleh pada tahun 2023, yaitu sebesar 670 miliar won atau sekitar Rp 7,9 triliun.
Keuntungan tersebut berhasil melampaui estimasi LSEG SmartEstimate sebesar 8,8 triliun won. Estimasi ini mereka buat berdasarkan analisis yang lebih akurat secara konsisten, dan kuartal ini menjadi kuartal yang paling menguntungkan sejak Q3 2022.
Menurut para analis, keuntungan yang lebih tinggi dari perkiraan oleh Samsung karena peningkatan nilai persediaan chip mereka yang telah pulih secara akuntansi. Selain itu, harga chip yang lebih tinggi juga menjadi faktor penyumbang keuntungan tersebut.
Samsung mengumumkan bahwa pendapatan perusahaan akan meningkat sebesar 23% pada kuartal kedua dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai 74 triliun won.
Harga saham Samsung meningkat sebesar 1,2% setelah perusahaan mengumumkan kabar ini. Perusahaan tersebut akan mengungkapkan rincian pendapatan dan keuntungan kuartal kedua pada tanggal 31 Juli.
Bagian utama dari Samsung yang bergerak di bidang semikonduktor kemungkinan akan mencatatkan keuntungan kuartalan yang kedua secara berturut-turut, mengalami peningkatan jika kita bandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Penyebabnya adalah harga chip memori yang terus naik dari titik terendah pertengahan tahun 2022 hingga akhir tahun 2023 karena permintaan yang lemah setelah pandemi untuk perangkat elektronik yang menggunakan chip tersebut.
Menurut para ahli, permintaan yang tinggi terhadap chip DRAM kelas atas, seperti chip high bandwidth memory (HBM) yang mereka gunakan dalam chipset kecerdasan buatan (AI), serta chip yang terpakai di server pusat data dan perangkat gadget yang menjalankan layanan AI, telah menyebabkan kenaikan harga chip tersebut.
Harga Chipset Jadi Pengaruh Terbesar
Menurut TrendForce, harga chip memori mengalami kenaikan signifikan selama Q2. Harga chip DRAM yang ada dalam perangkat teknologi naik sekitar 13% hingga 18% jika kita bandingkan dengan kuartal sebelumnya, sementara harga chip NAND Flash untuk penyimpanan data naik sekitar 15% hingga 20%.
Namun, peningkatan harga chip memori kemungkinan akan mengalami perlambatan pada kuartal ketiga. Menurut perkiraan TrendForce, harga chip DRAM konvensional dan NAND Flash akan naik sebesar 5% hingga 10% karena permintaan terhadap chip lama dan usang dari pasar elektronik konsumen masih lemah.
Menurut Ko Yeongmin, seorang analis di Daol Investment & Securities, dalam laporan pendapatan bulanan, kami akan memperhatikan bagaimana prospek Samsung terhadap chip lama. Hal ini akan menjadi indikasi apakah pemulihan industri chip ini dapat bertahan hingga tahun depan.
Para ahli mengatakan bahwa permintaan akan chip kelas atas seperti HBM dan solid-state drive (SSD) karena kecerdasan buatan (AI) akan mendominasi pasar, meskipun Samsung kalah dari pesaingnya, SK Hynix, di Korea Selatan, dalam pasokan HBM kelas atas.
Micron Technology, perusahaan pembuat chip memori dari Amerika Serikat, telah melampaui ekspektasi pendapatan kuartal terbarunya minggu lalu. Hal ini terjadi karena permintaan yang meningkat dari industri kecerdasan buatan (AI), meskipun perkiraan kuartal saat ini tidak memenuhi harapan para investor yang terlalu optimis.
Sejumlah investor sedang menantikan kabar mengenai apakah chip HBM generasi keempat terbaru dari Samsung akan segera hadir untuk dipasok kepada Nvidia setelah mengalami kegagalan dalam pengujian sebelumnya akibat masalah suhu dan konsumsi daya.
Pada bulan Mei 2024, Samsung melakukan pergantian kepala divisi semikonduktornya sebagai upaya untuk menghadapi masalah yang disebut sebagai “krisis chip”.
Pada hari Kamis, saham Samsung mengalami kenaikan sebesar 8% sejak awal tahun, sementara saham SK Hynix naik sebanyak 63%.