Resmi Peluncuran Satelit Satria-1 untuk Pelayanan Publik di Wilayah 3T
satelit SATRIA-1 milik Indonesia telah diluncurkan dari Cape Canaveral Space Force Station di Orlando, Florida, Amerika Serikat
Satelit Satria 1
Pada hari Minggu (18/6) waktu setempat atau Senin (19/6) pagi WIB, satelit SATRIA-1 milik Indonesia telah diluncurkan dari Cape Canaveral Space Force Station di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Peluncuran ini telah resmi dilakukan.
Hary Budiarto, yaitu Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta dalam membangun dan meluncurkan satelit Satria-1 hari ini. Satelit Satria-1 akan terus bergerak ke arah orbitnya di posisi 146 bujur timur hingga November 2023 setelah diluncurkan.
Setelah itu, serangkaian uji coba dan penyetelan akan dilakukan. Targetnya adalah pada minggu keempat Desember tahun 2023, Satria-1 sudah siap memberikan layanan atau siap digunakan.
Peluncuran Satelit Satria-1 Milik Indonesia
Menurut Hary, Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi tantangan tersendiri dalam menyediakan konektivitas digital. Pemasangan teknologi fiber optik untuk memperluas jangkauan di wilayah yang terdepan, terluar, dan tertinggal, serta lokasi layanan publik tidak selalu memungkinkan dilakukan di negara kepulauan.
Ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti aspek teknis, waktu, dan biaya yang harus diperhitungkan, terutama di Indonesia yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau.
Menurut Hary, teknologi satelit dapat membantu menyertakan masyarakat dalam proses digitalisasi, terutama untuk keperluan pendidikan dan perekonomian digital. Hal ini diungkapkannya saat peluncuran Satelit Satria-1 pada hari Senin (19/6).
Menurut Hary, peluncuran satelit Satria-1 adalah langkah pertama dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya. Dia menganggap bahwa koordinasi dan kolaborasi antara kementerian/lembaga dan pemerintah daerah sangatlah penting.
Dalam menjalankan proyek KPBU selama 15 tahun ke depan, penting untuk memperhatikan pengoperasian dan perawatan terminal jarak jauh, menyediakan konten edukatif, dan memastikan tata kelola yang akuntabel. Semua hal ini harus menjadi perhatian bersama untuk mencapai kesuksesan dalam proyek tersebut.
Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap bahwa hadirnya satelit Satria-1 akan membantu mempercepat inklusivitas ekonomi digital, literasi digital, dan menghasilkan individu-individu digital yang berbakat, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah 3T. Hal tersebut karena salah satu tujuan utama dari penerima manfaat Satria-1 adalah lembaga pendidikan.
Menurut Hary, kehadiran internet di Indonesia diharapkan dapat mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan dan keterampilan secara merata di seluruh wilayah.
Dalam upaya membangun satelit Satria-1, PT Satelit Nusantara Tiga menugaskan sebanyak 80 insinyur yang dipilih secara khusus, di mana sebagian besar di antaranya adalah generasi muda. Hal ini disampaikan oleh Komisaris perusahaan, Eri Riana Harjapamekas.
Ada sejumlah orang yang terlibat dalam memantau proses di beberapa tempat, seperti 10 orang di Thales Alenia Space, 2 orang di Space X, 8 orang di HNS dan KD, dan sisanya terlibat dalam mengelola perangkat lunak dan jaringan di bumi.
Satelit Satria-1 yang dimiliki oleh Pemerintah akan dikelola oleh PT Satelit Nusantara Tiga melalui mekanisme build, operation and transfer (BOT). Setelah 15 tahun, Pemerintah akan mengambil alih aset tersebut. Nantinya, satelit multifungsi Pemerintah tersebut akan berada di orbit 146°BT di atas Pulau Papua.
Menurut Sri Sanggrama Aradea, yang merupakan Kepala Divisi Satelit dari Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo dan juga Juru Bicara untuk Satelit Republik Indonesia (SATRIA), setelah beroperasi, SATRIA-1 akan melayani 50 ribu titik layanan publik di tahap awal.
Kebutuhan layanan untuk setiap titik layanan sebesar 150 ribu terus meningkat setiap tahunnya. Pada awal tahun 2018, setiap titik memerlukan 1 Mbps, tetapi saat ini telah meningkat menjadi 4Mbps. Oleh karena itu, perlahan-lahan kami menyediakan akses Very Small Aperture Terminal (VSAT) untuk 30 ribu hingga 50 ribu titik layanan publik agar dapat memanfaatkan layanan SATRIA-1. Demikian diungkapkan oleh Sri.
Arief Tri Hardiyanto, yang menjadi Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika, berharap bahwa SATRIA-1 akan berhasil diluncurkan dan beroperasi dengan lancar di orbit.
Saya bersyukur karena peluncuran tadi berjalan dengan lancar. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan hasil dari doa seluruh rakyat Indonesia. Saya menyampaikan hal ini setelah menyaksikan Peluncuran SATRIA-1 di Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat, pada hari Minggu (18/06/2023) waktu setempat.
Peluncuran SATRIA-1 mengalami penundaan sekitar 17 menit dari jadwal semula pada Senin (19/06/2023) pukul 05:04 WIB. Meskipun begitu, masih dalam batas waktu peluncuran yang ditentukan. Arief menjelaskan bahwa setelah ini, Thales Alenia Space akan memantau SATRIA-1 untuk memastikan semua perangkat berfungsi dengan baik.
Arief berharap semua perangkat di SATRIA-1 dapat berfungsi dengan baik menggunakan sel surya dan antena, serta dapat dikendalikan dari stasiun bumi.
Setelah itu, satelit SATRIA-1 akan bergerak menuju orbit 146°BT yang berada di atas langit Papua. Harapannya adalah seluruh proses peluncuran berjalan dengan lancar agar nantinya dapat menempati orbit pada bulan November 2023. Ini adalah harapan dari para ahli dan tim peluncuran.
Pada saat ini, SATRIA-1 telah diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX. Satelit ini merupakan satelit multifungsi pertama Pemerintah di Asia dengan kapasitas terbesar. Peluncuran SATRIA-1 diharapkan dapat mendukung akselerasi transformasi digital nasional dan diharapkan berhasil.